Adab dan Hadits dari Menuntut Ilmu

Adab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmu
ilmufid.com - Adab menuntut ilmu? apa saja adab dan hadits dari menuntut ilmu? disini saya akan membahasnya lebih jauh tentang adab menuntut ilmu yang bisa kita gunakan ketika kita sedang menuntut ilmu.

Di dalam kegiatan menuntut ilmu, selain kita mendapatkan berbagai keutamaan menuntut ilmu darinya, kita juga harus memerhatikan sebuah akhlak atau adab dari menuntut ilmu tersebut.

Adab menuntut ilmu ini sangatlah penting untuk diketahui oleh kita semua sebagai umat muslim juga sebagai penuntut ilmu yang sedang berjihad dengan ilmu di jalan Allah SWT.

Pentingnya memerhatikan sebuah adab dalam menuntut ilmu telah disampaikan oleh Imam Malik Rahimahullah :

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Dari perkataan Imam Malik Rahimahullah tersebut, kita bisa mengetahui bahwasanya pentingnya sebuah adab dalam menuntut ilmu, bahkan sebelum menuntut suatu ilmu pun kita harus mempelajari adab menuntut ilmu terlebih dahulu.

Salah satu alasan kenapa kita harus memerhatikan adab menuntut ilmu adalah agar ilmu yang telah dipelajari dapat membawa keberkahan kepada sekitarnya yang menjadikan sebuah petunjuk yang dapat membantu bagi kehidupan, selain kita perlu memahami hukum dari menuntut ilmu, kita juga perlu tahu adab dari menuntut ilmu.

Ada beberapa contoh dari adab menuntut ilmu yang perlu kita perhatikan, diantaranya :

Menuntut ilmu hendaknya dengan niat

Ketika kita menuntut ilmu, hendaknya didahului dengan niat yang baik, tulus, benar serta ada rasa keikhlasan dalam menjalaninya, karena dalam menuntut ilmu kita juga harus ikhlas yang tentunya ikhlas karena Allah ta'ala, sebagaimana dalam surah Al-Bayyinah ayat 5,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)

Untuk itu, sebelum mempelajari sesuatu kita diharuskan untuk menumbuhkan niat di dalam diri kita dengan niat yang baik yaitu niat karena Allah Subhanallahu wata'ala, tanpa adanya rasa keburukan yang dapat merusak ibadah menuntut ilmu tersebut.

Sebagaimana dalam hadits menuntut ilmu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Dengan begitu kita diharuskan untuk mengharapkan wajah Allah ta'ala dalam melakukan kegiatan menuntut ilmu, juga ketika hendak melakukan kegiatan ibadah lainnya.

Senantiasa berdo'a dalam menuntut ilmu

Dalam menuntut ilmu, kita juga diperintahkan untuk senantiasa berdo'a kepada Allah ta'ala ketika sedang belajar suatu ilmu atau menuntut ilmu, agar ilmu yang kita sedang pelajari tersebut bisa bermanfaat bagi sekitar kita semuanya.

Meminta kepada Allah ta'ala agar kita dijauhkan dari berbagai hal yang menghalangi jalan kita dalam menjalani proses menuntut ilmu tersebut.

اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ مَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْماً

Artinya: "Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu." (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah)

Itu adalah do'a menuntut ilmu yang sering Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam panjatkan dalam menuntut ilmu.

Selalu bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu

Ketika kita sedang menuntut ilmu, kita harus melakukannya dengan bersungguh-sungguh dengan berusaha untuk mempelajarinya dengan niat yang baik serta ikhlas di dalamnya.

Juga kita harus melakukannya dengan rasa semangat yang tidak ada habisnya, sebagaimana dalam sebuah hadits menuntut ilmu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

منهومان لا يشبعان : طالب علم و طالب دنيا

Artinya: "Dua orang rakus yang takkan pernah kenyang: pencari ilmu dan pencari dunia." (HR. At-tabroni)

Kita juga harus menuntut ilmu dengan ilmu yang bermanfaat agar ilmu tersebut dapat membantu kita juga makhluk lainnya disekitar kita yang dimana akan membuat kita mendapatkan pahala karenanya.

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: "Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang berdoa untuknya." (HR. Muslim)

Menjauhi berbagai kemaksiatan

Adab menuntut ilmu lainnya adalah menjauhkan diri kita dengan berbagai kemaksiatan yang ada, dengan cara bertakwa kepada Allah ta'ala.

Karena kemaksiatan dapat menghalangi kita dalam mempelajari suatu ilmu yang kita sedang pelajari, sebagaimana "titik hitam" yang telah disebutkan dalam hadits tentang menuntut ilmu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan "ar raan" yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (HR. At-Tirmidzi)

Bermaksiat dapat mempersulit kita dalam memahami suatu ilmu yang kita hendak pelajari, untuk itulah kita diwajibkan untuk menjauhkannya dari diri kita karena ia dapat menghancurkan kita dengan tidak sadar.

Tetap rendah hati dan tidak sombong dalam menuntut ilmu

Adab menuntut ilmu lainnya yang kita harus perhatikan adalah rendah hati dalam menjalani proses menuntut ilmu yang sedang kita jalani.

Karena kesombongan akan membuat kita menjadi rendah dalam hadapan orang lain,

العلم ثلاثة أشبار، من دخل في الشبر الأول تكبر، ومن دخل في الشبر الثانى تواضع، ومن دخل في الشبر الثالث علم أنه ما يعلم

Artinya: "Ilmu itu ada tiga jengkal. Barangsiapa yang masuk jengkal pertama, dia menjadi sombong. Barangsiapa yang masuk jengkal kedua, dia menjadi tawadhu’. Barangsiapa yang masuk jengkal ketiga, dia baru menyadari bahwa dirinya tidak tahu (masih sedikit ilmunya)."

Dengan begitu, ketika kita menuntut ilmu hendaknya kita tetap rendah hati dan tidak merendahkan orang lain serta menganggap diri kita lebih baik daripada mereka, surah an najm ayat 32
فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)

Sifat sombong ini dapat menghalangi kita dalam mendapatkan ilmu, sebagaimana Al-Bukhari meriwayatkan secara “mu’allaq” dalam shahihnya,

قَالَ مُجَاهِدٌ لَا يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُسْتَكْبِرٌ

“Mujahid berkata, orang yang malu tidak akan (bisa) mendapatkan ilmu, demikian juga orang sombong” (HR. Al-Bukhari 1:220)

Untuk itu, jauhkanlah sifat sombong ini agar kegiatan menuntut ilmu kita tidak terhalangi dan membuat ketentraman sesama manusia diantara kita.

Memperhatikan para pengajar ilmu

Dalam mempelajari sebuah ilmu, kita akan bertemu seorang guru yang akan mengajari kita dalam memahami ilmu tersebut.

Dengan begitu, kita harus memperhatikan para pengajar atau guru tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dan melakukan ilmu tersebut dengan baik.

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

Ketika dalam kegiatan belajar mengajar, kita juga harus fokus mendengarkan seorang guru tersebut dan tidak melakukan sesuatu yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, sebagaimana dalam firman Allah ta'ala surah Al-A’raf ayat 204,

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: "Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-A'raf : 204)

Setelah berilmu hendaknya diamalkan

Setelah kita mempelajari banyak ilmu yang kita pelajari, maka hal selanjutnya yang harus kita lakukan adalah mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dengan ilmu syar'i yang telah kita pelajari tersebut, kita bisa mendapatkan berbagai kebaikan dari Allah ta'ala yang sangat banyak dan besar pahalanya.

Ini adalah adab menuntut ilmu yang sangat penting, karena apabila tidak dilakukan dengan baik maka kita akan mendapatkan balasan yang buruk, sebagaimana dalam hadits tentang menuntut ilmu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

"Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri." (HR Ath-Thabrani)

Posting Komentar untuk "Adab dan Hadits dari Menuntut Ilmu"