Kisah Tobatnya Seorang Anak Raja dari Bani Israil

Kisah Tobatnya Seorang Anak Raja dari Bani Israil
Kisah Tobatnya Seorang Anak Raja dari Bani Israil

Telah diberitakan kepada kami oleh Abu al-Ma'ali Abdullah bin Abdur Rahman bin Shabi as-Sulami, telah diberitakan kepada kami oleh Abu al-Qasim Ali bin Ibrahim bin al-Abbas al-Hasani, telah diberitakan kepada kami oleh Abu al-Hasan Rasya' ibn Nazhif al-Muqri', telah diberitakan kepada kami oleh Abu Muhammad al-Hasan bin Ismail ad-Dharrab, telah diberitakan kepada kami oleh Abu Bakar Ahmad bin Marwan al-Maliki, telah dikatakan kepada kami oleh al-Harits bin Abi Usamah, telah dikatakan kepada kami oleh Marwan bin Muawiyah bin 'Amr, telah dikatakan kepada kami oleh Abu Bakar al-'Ajali, telah dikatakan kepada kami oleh Abu Aqil ad-Dauraqi, dari Bakar bin Abdullah al-Muzani, ia bekata:

Dulu, ada seorang laki-laki dari raja-raja Bani Israil yang dikaruniai umur panjang, harta melimpah, dan anak yang banyak.

Konon anak-anaknya, jika telah besar, mengenakan pakaian-pakaian dari bulu-bulu, pergi ke gunung-gunung, memakan buah-buahan, dan mengembara menyusuri penjuru bumi hingga ajal menjemputnya.

Kaum Bani Israil pun satu-persatu mengikuti jejak sang raja tersebut yang kemudian diwarisi secara turun-temurun oleh anak-anak mereka.

Menjelang usia senja, sang raja dikaruniai seorang anak laki-laki. Beliau lalu mengumpulkan semua rakyatnya dan berkata,

"Menjelang usiaku yang senja ini, aku telah dikaruniai seorang anak laki-laki, dan kalian tahu besarnya kasih sayangku terhadap kalian semua.

Aku sungguh khawatir kalau-kalau putraku ini kelak mengikuti jejak saudara-saudaranya. 

Dan aku sangat mengkhawatirkan atas diri kalian, yakni akan binasa sepeninggalku, jika tidak seorang pun dari keturunanku yang memerintah kalian semua.

Oleh karena itu, rawatlah dia sejak kecil dan timbulkanlah pada dirinya rasa cinta dunia, semoga dia akan tetap berada di tengah-tengah kalian setelah aku tiada."

Maka mereka pun membangun pagar tembok beberapa mil luasnya dan bertahun-tahun putra raja itu dikurung dan dididik, di dalamnya.

Suatu hari ketika putra raja itu tengah menunggang kuda, dijumpainya sebuah tembok yang tidak bercelah sedikit pun.

Dia berkata, "Aku yakin dibalik tembok ini masih ada manusia dan orang lain yang pandai. Keluarkan aku, agar aku dapat menambah ilmu dan bergaul dengan orang lain!"

Hal itu kemudian dilaporkan kepada ayahnya.

Dia pun terkejut dan takut jika putranya yang satu ini akhirnya mengikuti jejak saudara-saudaranya. Sang raja berkata, "Kumpulkan semua yang dapat melalaikannya dan semua jenis permainan!"

Lalu mereka melakukannya.

Kemudian pada tahun kedua putra raja itu menunggang kuda dan berkata, "Aku harus keluar."

Keinginannya itu lalu diberitahukan kepada orang tuanya, lalu dia berkata, "Biarlah dia keluar."

Untuk keberangkatannya itu disiapkan sebuah kereta dan dikenakan sebuah mahkota yang terbuat dari permata dan emas, dengan dikawal oleh dua orang pengawal. 

Di tengah perjalanannya dia menemukan seorang laki-laki yang sedang ditimpa kesusahan.

Lalu ia berkata, "Ada apa ini?"

Mereka menjawab, "Dia seorang yang sedang ditimpa bala."

"Apakah itu hanya menimpa seseorang, atau semua orang yang takut kepadanya?" tanyanya lagi.

Mereka menjawab, "Semua orang yang takut kepadanya."

Ia bertanya lagi, "Termasuk saya yang tetap berada di kerajaan?" 

mereka menjawab, "Ya". 

Ia pun berkata, “Alangkah buruknya kehidupan kalian ini! Ini adalah kehidupan yang suram."

Kemudian dia kembali dengan wajah muram dan sedih.

Peristiwa itu diberitahukan kepada ayahnya, lalu sang ayah berkata, “Gelarlah bersamanya semua jenis kesenangan dan permainan, sehingga lenyap dari hatinya kemurungan dan kesusahan."

Putra raja itu pun tinggal di istana selama setahun, kemudian ia berkata, "Biarkan aku keluar."

Maka dia dipersilakan keluar sebagaimana saat pertama kali. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan seseorang yang sudah tua dan mulutnya selalu berliur.

Putra raja tersebut bertanya, "Siapa orang ini?"

"Seorang laki-laki yang sudah lanjut usia." Jawab mereka.

Dia bertanya, "Menimpa sebagian orang saja atau semua orang yang takut kepadanya, jika dia diberi umur panjang?"

Mereka menjawab, "Semua yang takut kepadanya."

Dia berkata, "Alangkah hinanya kehidupan kamu ini!

Ini adalah kehidupan yang tidak menyenangkan bagi seseorang."

Peristiwa itu diberitahukan kepada ayahnya, lalu sang ayah berkata, "Kumpulkanlah untuknya semua permainan dan kesenangan."

Lalu mereka mengumpulkannya.

Putra raja itu pun tinggal di istana selama setahun. Setelah itu dia kembali menunggang kuda seperti sebelumnya.

Di tengah perjalanan tiba-tiba dia bertemu dengan beberapa orang yang sedang memikul keranda. Dia pun bertanya, "Ada apa ini?"

Mereka menjawab, "Orang mati".

Dia bertanya lagi, "Apa itu mati? Bawalah aku dekat kepadanya!"

Setelah mereka mendekatkan putra raja itu kepada mayat, ia berkata, "Dudukanlah dia!"

Mereka menjawab, "Dia tidak bisa duduk."

Kalau begitu ajaklah dia bicara", lanjutnya

Jawab mereka, "Sesungguhnya dia tidak bisa berbicara."

Dia bertanya lagi, "Lalu mau kalian bawa kemana dia?"

"Kami kuburkan di bawah tanah", jawab mereka.

Dia bertanya, "Lalu apa yang terjadi setelah itu?"

"Kebangkitan", jawab mereka.

Dia kembali bertanya, "Apa itu kebangkitan?"

Mereka menjawab, "[Yaitu] hari [ketika] manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam" (QS. al-Muthaffifin: 6), lalu setiap orang diberikan ganjaran sesuai dengan kebaikan-kebaikan dan kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan ketika di dunia."

Dia bertanya lagi, "Apakah kalian punya tempat tinggal selain dunia ini, sebagai tempat pembalasan?"

"Ya," jawab mereka.

Beliau lalu turun dari kereta dan melumuri wajahnya dengan tanah, seraya berkata, "Aku dulu takut kepada ini!

Sekarang ia ingin menjelangku sedang aku tidak mengetahuinya. Akan tetapi Tuhanlah yang memberi, membangkitkan, dan memberi balasan! Sekaranglah saatnya perpisahan aku dan kalian.

Karena itu setelah hari ini kalian tidak mempunyai hak atas diriku."

Mereka berkata, "Kami tidak akan meninggalkanmu sebelum kami mengembalikanmu kepada orang tuamu."

Si perawi berkata: Kemudian mereka mengembalikannya kepada ayahnya, di mana saat itu dia sangat pucat. Sang ayah berkata, "Wahai anakku apa yang membuatmu sedih?"

Ia menjawab, "Aku sedih karena memikirkan suatu hari yang akan dibalas di sana setiap amal yang besar maupun yang kecil, dan yang baik maupun yang buruk."

Dia lalu meminta baju dan mengenakanya, seraya berkata, "Aku telah bertekad pergi malam ini."

Ketika waktu telah mendekati tengah malam, ia pun keluar. Pada saat keluar dari pintu istana dia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu sesuatu yang tidak ada padaku sedikit pun, apalagi banyak. Semua itu sudah merupakan takdir, Tuhanku! Aku sangat menginginkan agar air itu tetap pada air dan tanah tetap pada tanah, sedang aku tidak ingin sedikit pun melihat dunia."

Bakar bin Abdullah berkata, "Orang ini keluar dari satu dosa yang ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat, lalu bagaimana dengan orang yang melakukan dosa sedang ia mengetahui apa yang harus ia lakukan, sementara ia tidak merasa beban, tidak bersedih, dan tidak pula bertobat?!"

Sumber: Disadur dari kitab At-Thawwabin hal.32-35

Kisah Para Rasul Sebelum Nabi Muhammad SAW

Posting Komentar untuk "Kisah Tobatnya Seorang Anak Raja dari Bani Israil"